Kamis, Desember 20, 2007

Jangan Menjadi Karyawan

Ingin Kaya Raya ? Jangan lama lama jadi Karyawan.
Oleh : Bp.Purdi E Chandra

Sebelum melepas si buyung kuliah di Yogya, awal 90-an, Baharudin, seorang dosen universitas di Padang, berpesan pada si Buyung, " Belajarlah yang giat, raih nilai dan rangking di kelasmu, niscaya kamu akan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Itu jaminan masa depan yang pasti ".
Buyung memang anak patuh. Delapan tahun kemudian, ia sudah bergelar Master dalam ilmu Ekonomi, termuda di angkatannya. Buyung menjadi senior manager di sebuah bank swasta dengan gaji tinggi. Ia bisa mengkredit BMW dan mencicil rumah type 120.
Sayang, badai krismon membuat bank tempat Buyung bekerja masuk perawatan BPPN dan ia masuk daftar PHK. Karena masa kerja belum lama, pesangonnya tak cukup menutup tagihan mobil dan rumahnya.
Beruntung, teman lamanya di Yogya, menawari peluang menjadi dosen di universitas swasta di Yogya. Peluang itu diambil. Konsekwensinya, meski bergelar master, ia hanya mendapat gaji seperempat dari jumlah yang diterimanya semasa menjadi bankir. Ia mulai hidup baru : tinggal di rumah kontrakan sederhana dengan kijang butut yang dibeli dari sisa pesangon. Sambil berjuang keras mencari proyek penelitian yang siapa tahu bisa jadi kejutan ekonomi keluarganya. Buyung mulai sadar, " Nilai dan prestasi terbaik di kelas bukan jaminan mendapat penghasilan baik dan jaminan masa depan. Saya mohon saran Bang Purdi untuk mencarikan solusi ". tulis Buyung dalam email yang dikirim ke mailboks pribadi saya.
Rupanya buyung keliru mengindentifikasi penyebab kegagalan kariernya. Bukan itu sebabnya, tapi karena Buyung terkondisi dengan sebuah mindset : mencari pekerjaan dan menjadi karyawan adalah satu - satunya jalan setelah lulus kuliah. Pola pikir mengambil resiko tak pernah ada.
Semua tahu, nyaris setiap bangun tidur diva kenamaan Indonesia Kris Dayanti, sudah ditawari peluang konser dengan honor ratusan juta hanya dengan menyanyi tiga atau lima lagu saja. Belum lagi tawaran iklan berbagai produk. Tapi pernahkah kita dengar, Kris menamatkan kuliah dan meraih gelar ?
Tak perlu contoh lain, kalau dulu memilih menamatkan kuliah di UGM, hampir pasti saya tak akan berani memulai bisnis Bimbingan Belajar Primagama, yang kini telah berubah menjadi Holding company beromzet ratusan milyar. Meski dulu saya belum pernah mendengar kata - kata Robert T Kiyosaki, " If You Want To Be Rich and Happy, Don't Go To School ? " , saya sudah sadar, pintar dan dapat rangking di sekolah tidak menjamin seseorang akan sukses dan kaya raya. Saya bahkan yakin, semakin lama seseorang sekolah, semakin tidak kreatiflah ia. Dan ia semakin takut mengambil resiko.
Kris Dayanti bisa saja meraup puluhan bahkan seratus juta lebih dari konsernya, tapi seorang pengusaha event organizer yang kreatif, mampu meraup lebih dari satu milyar rupiah dari banyaknya sponsor dan penjualan tiket penonton konser Kris Dayanti yang dikelolanya.
Kita semua tahu, lewat pekerjaan yang ditekuninya bertahun - tahun pada akhirnya orang ingin hidup makmur dan terjamin masa depannya. Istilah gampangnya, hidup kaya raya. Tapi tak banyak orang yang menyadari bahwa sejak masuk kuliah, sebenarnya seseorang telah menyiapkan dirinya untuk hidup miskin.
Mustahil seorang bidan, misalnya, akan mampu mengkredit sebuah Toyota Kijang LGX di usia pensiunnya, kecuali dia memiliki jiwa entrepreneur. Misalnya dengan mengelola klinik atau rumah bersalin di rumah yang bisa dikelola bersama kolega bidan lain. Grup RS Herlina di Jakarta salah satu kisah sukses dari hal ini.
Banyak orang tak juga menyadari, terlalu lama menjadi karyawan dan merasa sukses dengan keberhasilan - keberhasilan adalah semu belaka. Kalau kita menjadi seorang manager marketing bank, dan suatu ketika berhasil memasarkan produk perbankan tempat kita bekerja, kita tentu berharap mendapat kenaikan gaji dari sukses itu. Dan ketika itu didapat, kita merasa berhasil. Padahal, keuntungan sang pemilik bank jauh berlipat kali dari kenaikan gaji yang diberikan pada para karyawannya. Jadi, siapa yang lebih untung : Karyawan yang punya ide marketing jitu, atau pemilik bank yang pasif dan mampu membayar lebih mahal para karyawan yang kreatif untuk mengelola uangnya menjadi berlipat kali. Jadi mengapa mesti bertahan jadi karyawan ?
Sebuah bisnis kadang bisa dimulai dari kesadaran akan potensi diri sendiri, sayangnya tak banyak orang menyadarinya. Untuk memulai sebuah bisnis, seorang ahli farmasi, misalnya , kadang tak sadar bahwa keahliannya adalah modal utama untuk memulai bisnisnya. Sang ahli farmasi yang bermaindset long life to be an employee tak sadar, ketika berhasil menemukan formula anti kanker ia memilih menjual paten penemuannya pada pabrik farmasi besar dan menerima royalti tanpa pernah tahu berapa persis keuntungan bersih yang tentu saja jauh berlipat kali dari royalti yang diberikan pada penemunya. Padahal, bisa saja sang penemu memilih mencari mitra bisnis yang mau membiayai penemuannya menjadi sebuah bisnis farmasi yang besar dan profitable.
Jadi jangan terlalu lama menjadi karyawan, mulailah mewujudkan mimpi untuk menemukan jalan menjadi pengusaha yang mapan secara finansial. yakinlah, jutaan peluang bisnis selalu tersedia. Lihatlah peluang yang belum dikerjakan orang. Seperti kita tahu, sudah banyak orang menjual wedhang jahe. tapi bagaimana membuat wedhang jahe mampu menghasilkan uang milyaran dollar ? Itu yang perlu kita cari tahu dan mencobanya. [ Dikutip dari Majalah Entrepreneur - Indonesia Edisi 11/Th I / 7 Mei - 7 Juni 2004 ].

Tidak ada komentar: